Saturday, July 18, 2009

Nabi s.a.w Ketika WAFAT

.
Mungkin kita terlupa dgn artikel ini. Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut. Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.” Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku”, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.”Ummatii, ummatii, ummatiii?” - “Umatku, umatku, umatku” Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin….

1 comment:

adekah dunia simbol utama

kehidupan dunia yg tidak kekal, tapi ramai manusia cuba utk mencari dan merasai kehidupan dunia yg sebenar setakat hanya di dunia yg mane tidak akan membawa faedah diakhirat kelak, dunia sekadar pemangkin utk kita ke akhirat, di dunialahlah kite sepatutnye mencari pahala, utk mengejar syurga, dunia sekadar perjalanan utk ke akhirat, dunia tiada erti apa-apa pada kita, jika kita kejar dunia kita akan dpt dunia dan akhirat akan berjauhan dgn kita. jika kita kejar akhirat akan dekatnye akhirat dgn kita akan hilangnye rasa cinta kita pada dunia.

'Image
[url=http://img200.imageshack.us/i/useriluvislam.jpg/][img=http://img200.imageshack.us/img200/193/useriluvislam.jpg][/url]

Mutiara Kata

"Barang siapa yang tidak menjaga DIRINYA, maka tidak bergunalah ilmunya......"(Imam Ghazali)

"Kalau manusia ini mengejar kasih Allah, tidak akan timbul perselisihan dan perbalahan. Jika manusia sesama manusia, mengejar kasih manusia, itulah rahsia manusia itu bersaing dan
berbalah."


"...Kemudian apabila sampai ajal mereka, tiadalah dapat mereka meminta dikemudiankan sesaat pun dan tidak pula mereka dapat meminta
didahulukan." (AnNahl:61)


"Tiada masalah yang tidak boleh diselesaikan secara kebetulan atau suratan tetapi setiap masalah yang dicari mesti ada jalan tertentu bagi seseorang untuk menyelesaikannya melainkan diri sendiri yang menimbulkan masalah sendiri."

"....kadang-kadang dalam perjalanan merentasi menujunya yang satu, berbagai dugaan yang menimpa....meratah keimanan kita satu persatu....kekadang rasanya tak mampu.... kadang-kadang mahu beralah.....tapi di sana ada kebahgiaan hakiki...."

"Redha
Allah itu bergantung kepada redha kedua ibu bapa dan marah Allah juga bergantung kepada marah kedua ibu bapa ."


"Hiburan itu tidak mesti membahagiakan tapi kebahagiaan itu sudah pasti menghiburkan."

"Setiap manusia pernah merasai kejayaan dan juga kegagalan dan setiap kejayaan dan kegagalan yang dirasai oleh manusia mempunyai hikmah dan
pengajarannya yang tersembunyi disebaliknya."


" Ilmu mu yang manfaat,sedekah mu yang ikhlas dan orang yang soleh,itulah syarat yang dituntut di ALAM BAKA....
"





Gratisan Musik
Belajar Bahasa Arab Online
'iluvislam'

Berjamaahkan lebih afdhal

Berjamaahkan lebih afdhal
Kunci Kejayaan